Berita24.com -Idul fitri identik dengan hari kemenangan sesudah menyelesaikan ibadah puasa Ramadan beserta rangkaiannya selama sebulan. Ad...
Ramadhan sudah berada di ujung perjalanannya, selangkah lagi Bulan Syawal pun tiba. Semua umat muslim bergembira menyambut datangnya bulan kebersamaan bersama keluarga. Beberapa menepis kelelahan perjalanan untuk pulang kampung demi berkumpul dengan orang tua maupun keluarga lainnya. Di sisi lain banyak orang tua yang menanti kehadiran ananda tercinta. Sungguh sebuah momentum yang dinantikan setelah setahun lamanya, berharap suasana yang akan terjadi adalah keindahan bersilaturahim dan berbagi cerita. Namun, apa yang akan terjadi bila indahnya hari nan fitri ternoda oleh ucapan yang tidak pas di hati? Tentunya tidak ada satupun dari kita yang menginginkannya, bukan? Nah, mari kita kenali beberapa jenis perkataan yang mungkin menyakitkan bagi orang lain dan perlu kita hindari:
1. Body shaming. Menurut Oxford dictionary, body shaming adalah suatu bentuk tindakan mempermalukan seseorang dengan berkomentar mengejek atau kritis terhadap bentuk tubuh orang lain. Kata-kata yang muncul misalnya:
“Setelah dari kota lebih gemukan ya, pasti makanannya enak… awas, nanti sulit jodoh”
“Kok setelah kerja malah jadi hitam…”
“Rambutnya mirip mie kriting….”
“Kok jerawatan sih…
Dan lain sebagainya…
Meskipun diniatkan untuk bercanda, tindakan ini bisa melukai perasaan maupun menurunkan kepercayaan diri seseorang. Hal ini dapat berujung kepada ketidaknyamanan seseorang dalam berinteraksi maupun bersosialisasi, terutama bagi perempuan, dimana bentuk tubuh dan berat badan menjadi sensitive untuk diperbincangkan.
2. Kids shaming. Ini adalah tindakan mempermalukan anak yang tidak sesuai dengan ciri ideal anak seusianya, misal mengomentari perilaku anak, tumbuh kembang anak, maupun bentuk tubuh anak yang pada akhirnya malah menyudutkan anak. Ucapan yang sering terjadi adalah:
“Umur segini kok belum bisa jalan ya….”
“Kok dia gak mau main sama temennya… aneh ya…”
“Makan yang banyak ya nak.. biar gak kurus…”
“Badannya gemuk, pantes susah gerak dan duduk aja…”
“Kok anaknya kurus, ibunya tambah gemuk…”
Dan lain sebagainya….
Bahkan sebelum pertanyaan di atas muncul, pastinya orang tua sudah menyadari apa yang menjadi kekuarangan dari anaknya. Ketika pertanyaan itu muncul, apa yang sudah dipendam dalam hati menjadi hancur. Kita tidak tahu seberapa besar usaha orang tua untuk mengatasi kekurangan tersebut, dari browsing internet, konsultasi dokter, tes laboratorium (yang pastinya tidak murah), memberi menu makanan gizi seimbang, melatih kemampuan motoriknya, menghadapi drama setiap hari ketika si anak tidak mau makan dan tetesan air mata saat membuang makanan yang tidak dimakan. Tidak seharusnya ucapan itu muncul dengan ringan dari mulut kita.
3. Mom shaming. Tindakan ini paling sering terjadi, terutama bagi orang tua baru yang dinilai masih “nol” pengetahuannya dalam dunia pengasuhan anak. Mom shaming adalah tindakan mempermalukan atau mengkritisi ibu karena perbedaan pola pengasuhan maupun berbeda pilihan dari orang lain. Menurut Survei CS. Mott Children Hospital terhadap 475 ibu dengan balita menunjukkan bahwa isu yang diangkat dalam mom shaming 70% adalah cara mendisiplinkan anak, 52% adalah nutrisi anak dan 31% adalah perbedaan pandangan dalam menyusui anak. Pelaku mom shaming kebanyakan adalah keluarga terdekat seperti orang tua dan mertua. Yuk kita kenali berbagai ucapan mom shaming:
“Kenapa kok Caesar sih… kan lahiran normal bisa…”
“Kenapa anaknya gak dikasih ASI aja sih…”
“Kenapa anaknya gak dikasih susu formula aja, kan ASInya dikit”
“Harusnya tuh anak jangan dikasih makan mulu…”
“Kenapa anaknya gak makan? Mamanya gak bisa masak ya?”
“Kalau ibunya bekerja, anaknya dititip ya? Kasihan… masa ibunya sekolah tinggi, anaknya diasuh lulusan SMA”
“Eh, sekolah tinggi kok malah berujung jadi Ibu Rumah Tangga? Gak sayang sama ijazahnya ya….”
“Anaknya kok gak mau diem sih, di rumah gak diajari disiplin ya…?”
Dan lain sebagainya. Orang lain mungkin tidak pernah tahu perjuangan orang tua untuk memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Perlu kesabaran hati bagi kita untuk tidak mencela maupun berkomentar dengan apa yang terjadi pada pola pengasuhan orang lain. Jika anda menganggap pola asuh yang anda yakini benar, maka anda juga harus bisa menghargai pola asuh orang lain. Bukankah setiap anak spesial? Pasti setiap orang tua memiliki tantangan tersendiri untuk anak mereka. Bahkan anak yang lahir kembar pun belum tentu sama perilakunya. Yuk kita jaga lisan kita dari komentar yang tidak perlu. Pun bila kita niatkan memberi saran, alangkah bijak bila memang itu diminta, bila tidak ya tidak usah terlalu berdermawan dengan ribuan saran yang malah menjadi pisau pembelah hati.
4. Menyudutkan orang lain dengan pertanyaan yang jawabannya pun tidak bisa diketahui dari kedua belah pihak, seperti:
“Kapan nikah?”
“Kapan punya anak?”
“Kapan si kakak punya adik?”
Dan lainnya…
Duh, betapa rasa ingin tahu manusia membuat orang lain begitu tak bisa berkata-kata.
Lantas, jika sudah terlanjur terjadi, bagaimana menghadapi situasi yang seperti ini? Pertama, tidak perlu memikirkan terlalu dalam dan memasukkan ke dalam hati apa yang menjadi komentar maupun pertanyaan orang lain. Kedua, yakini bahwa kita sudah melakukan yang terbaik. Ketiga, percaya bahwa Allah tidak akan membebani makhluk di luar batas kesanggupannya. Terakhir, selalu berpikir positif atas segala sesuatu yang terjadi. Anggap segala komentar tersebut adalah bukti rasa sayang orang lain kepada kita. Asal, jangan sampai kita terkontrol oleh setiap saran tersebut, ambil yang menurut kita baik untuk dilakukan.
Semoga bermanfaat dan dapat menjadi bahan perenungan dan senjata bagi kita untuk menjaga erat tali silaturahim dan tidak menodainya dengan prasangka dan ucapan yang menyudutkan. Mari kita sambut Lebaran nan Fitri 1440 hijiryah ini dengan Hati yang Suci.
Ledakan Bom Terjadi di Sukoharjo, Cek Beritanya.. www.berita24.com